Sebagai respon atas banyaknya kasus HIV pada kelompok remaja, belum lama ini Rumah Sahabat Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) menggelar talkshow dengan tema ”Dare to say Stop Discrimination To Orang Dengan HIV&AIDS (ODHA)”.  Acara yang dikemas santai tetapi sarat informasi itu dihadiri oleh 250 peserta yang terdiri atas mahasiswa, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dan Pendidik Sebaya tentang Kesehatan Reproduksi, HIV &AIDS dan NAPZA dari perguruan tinggi se Kota Semarang. Tidak hanya talkshow, peserta juga disediakan layanan konseling gratis dan Test VCT (Voluntary Counselling and Testing) yang hasilnya dapat diketahui secara langsung pada hari yang sama. Kurang lebih 40 mahasiswa memberanikan diri untuk test HIV saat itu.
 
Dekan Fakultas Kesehatan Udinus, Dr. Guruh Fajar Shidik, S.Kom, M.Cs menyambut baik diselenggarakannya acara ini. ”Mahasiswa harus berperan aktif mencegah penularan HIV dan tidak mendiskriminasikan orang yang sudah terinfeksi HIV,” paparnya.
 
Pernyataan tersebut didukung oleh dua narasumber yang dihadirkan yaitu Upik Krisnawati, SKM dari BKPM Provinsi Jateng dan Wawan Suprapto dari Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Arjuna. Tidak sedikit ODHA yang didampinginya merupakan mahasiswa yang berprestasi dan berasal dari keluarga yang menerapkan pengasuhan yang baik. Sebagai manajer kasus sekaligus bundanya para ODHA ini, sebaiknya petugas kesehatan tidak meributkan faktor risiko mengapa bisa HIV positif, tetapi lebih fokus mengenai pengobatan infeksi apa yang diperlukan untuk pasien.
 
”Menanyakan faktor risiko ODHA justru akan membuat ODHA merasa stress dan berimbas pada menurunnya kekebalan tubuh dan munculnya penyakit penyerta”, jelas Upik.  ODHA lebih membutuhkan pengobatan, kepedulian dan dukungan positif agar bisa melanjutkan kehidupan layaknya manusia sehat yang lain. Dengan status positif bukan berarti ODHA tidak memiliki masa depan.
 
Seperti testimoni Wawan Suprapto saat itu. Lima tahun yang lalu, bapak dari 2 anak ini telah berhasil meyakinkan calon istrinya untuk mau dinikahinya dengan status HIV positif yang dimiliki. ”Karena calon istri saya agamanya baik dan saya berikan pemahaman tentang HIV, akhirnya dia mau menikah dengan saya”, ungkapnya. Pencegahan yang dia lakukan adalah jangan sampai istrinya tertular HIV karena risiko penularan ke bayi bisa semakin besar. Pemantauan CD4 dan masa subur istri perlu dipertimbangkan agar penularan HIV bisa dicegah dan tetap dimungkinkan terjadi kehamilan.
 
Akhir takshow, Upik berpesan agar mahasiswa berhati-hati dengan perilakunya. Mahasiswa juga harus berani untuk melakukan test HIV agar penanganan secara dini dapat dilakukan. (*humas)